FAKTA VALENTINE
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S.AL-ISRO :36)
Valentine Day, begitulah kita menyebutnya. Sebuah
hari yang dicitrakan sebagai hari kasih-sayang oleh orang-orang yang
berkepentingan. Valentine memang sudah menjadi fenomena tersendiri di kalangan
muda-mudi kita di Nusantara. Tak hanya kaum muda Nasrani, bahkan sebagian kaum
muda muslim pun ikut berpesta pora merayakan hari kematian Santo Valentinus
tersebut.
Di banyak negara, tak terkecuali Indonesia,
Valentine mempunyai daya tarik tersendiri bagi kaula muda. Pencitraan sebagai
hari kasih sayang dijadikan dalil dalam merayakan hari tersebut. Pencitraan
itupun kemudian dikesankan, bahwa cinta itu erat berhubungan dengan bulan
Februari, coklat, kartu selamat dan nge-date. Bahkan oleh sebagian
dijadikan momen sebagai pembuktian cinta berskala serba terbuka.
Memang, banyak di antara kaula muda yang hanya
melihat sebuah fenomena dengan kaca mata sederhana. Hingga mereka hanya ikut
dalam arus yang ada tanpa berfikir kritis dari mana dan mengapa momen itu
tercipta. Mereka hanya melihat momen yang dikesankan indah oleh orang
berkepentingan. Mengapa disebut berkepentingan. Karena momen Valentine yang
dicitrakan sebagai hari kasih sayang ini sarat kepentingan. Salah satunya
kepentingan ekonomis. Bagi kaum kapitalis, momen valentine merupakan lumbung
subur bisnis di bulan Februari. Karena mereka punya kepentingan ekonomis di
dalam pencitraan itu. Maka bisa dilihat di berbagai media, Valentine dijadikan
umpan bagi para kawula muda. Dimulai iklan televisi, radio, majalah, koran,
spanduk dan berbagai reklame terpampang secara berkala bak serangan gerilya
dalam peperangan.
Valentine; Lumbung Bisnis Kaum Kapitalis
Motif niaga atau bisnis ini menjadi alasan utama
kaum kapitalis karena menguntungkan, mereka merasa perlu memanfaatkan Valentine
sebagai umpan bisnis. Hingga kemudian dibuat dan dikemas menjadi menarik. Di
situlah, pencitraan Valentine sebagai hari kasih sayang menjadi agenda utama
kaum kapitalis dan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka dikatakan
tidak bertanggung jawab karena hanya melihat keuntungan materi semata, tidak
menilai dan melihat aspek lain untuk dipertimbangkan. Mereka tidak mau tau,
apakah Valentine merusak akidah (kepercayaan) kawula muda Islam sebagai
mayoritas di Nusantara, apakah perayaan Valentine mempunyai keuntungan terhadap
kemajuan moral bangsa atau tidak. Mereka sama sekali tidak memiliki pemikiran
ke arah itu, yang ada hanya bagaimana bisnis mereka bisa menguntungkan
seuntung-untungnya dan orang suka dengan produk tersebut.
Selama ini, kaum muda muslim telah diperdaya
dengan agenda setting kebohongan Valentine. Pencitraan terhadap publik sangat
intens, sehingga publik langsung bisa percaya tanpa ada tanya. Dan ini perlu
pelurusan.
Dengan melihat fenomena di atas, kita akan
tersadar bahwa kita tengah berada di lapangan peperangan. Peperangan yang
berlapangan pemikiran yang bersenjatakan argumen-argumen jitu dalam menyerang.
Perang itu bukan perang fisik, namun perang pergulatan ideologis. fenomena
Valentine termasuk agenda perang pemikiran masa kini. Banyak pihak yang apriori
terhadap masalah ini, mereka menganggap Valentine merupakan fenomena sosial
yang terjadi seperti fenomena-fenomena yang lain. Tidak perlu dipersoalkan.
Tidak mau repot berpikir kritis. Padahal jika kita lihat aspek-aspek yang lain,
maka akan kita dapati beragam macam keganjilan sebagai sebuah kebohongan yang
disetting.
Valentine; Pembodohan Atas Nama Cinta
Valentine perlu dicermati serta dikritisi,
seperti dari mana sebabnya Valentine bisa dinamakan kasih sayang? Toh ketika
memakai pendekatan bahasa, baik secara etimologi bahkan terminologi sekalipun,
kasih sayang dan Valentine tidak punya kausalitas linguistik. Lebih jauh lagi
jika kita kaji lewat pendekatan historis (sejarah), kita tidak akan pernah
mendapati bahwa Valentine Day yang selalu dikaitkan dengan hari kasih sayang
memiliki mata rantai sejarah dengan cinta dan kasih sayang. Justru, yang ada
pada tanggal 14 Februari memiliki muatan teologis praktis dengan ritualitas
paganisme Romawi Kuno yang diadopsi oleh kaum Kristen, yang hendak memasuki
bangsa adidaya kala itu. Berawal dari ritual perayaan Lupercalia bangsa Romawi
Kuno, embrio Valentine tercipta. Akulturasi perayaan Lupercalia dilakukan Kaum
Kristen sebagai wasilah agar agama mereka dapat diterima masyarakat Romawi kala
itu. Dengan berbagai eksplorasi, akhirnya Kaum Nasrani mempunyai jalan agar
ritual itu tetap berjalan namun dengan landasan teologis mereka. Tanggal 14
sendiri dipilih karena memiliki sejarah kelam tentang kematian Santo
Valentinus, sang Pendeta yang dihukum gantung karena enggan mengakui
tuhan-tuhan Bangsa Romawi. Dia tetap bersikukuh mempercayai ketuhanan Yesus.
Sang Raja Romawi pun menghukumnya.
Valentine dan Kerusakan Moral Bangsa
Seperti yang telah disinggung di atas, pencitraan
Valentine sebagai hari cinta dan kasih sayang memiliki dampak yang begitu
serius terhadap keberlangsungan moralitas bangsa. Pasalnya, pencitraan tersebut
cenderung menyalahgunakan nama cinta. Malam valentine selalu dijadikan momen
hura-hura serta pesta pora. Hingga sebagai ajang pembuktian cinta serba
terbuka, dalam hal ini kaula muda menjadikan momen aktivitas seksual atas nama
pembuktian cinta.
Tidak sedikit remaja perempuan yang rela
memberikan keperawanannya atas nama cinta. Dan ini menjadi masalah serius bagi
keberlangsungan moral bangsa. Jika terus dibiarkan, maka nilai yang dianggap
salah sekalipun akan dianggap biasa-biasa saja karena dibiasakan. Di sinilah
peran pemerintah diuji. Sejauh mana pemerintah dapat melindungi hak-hak warga
negaranya. Terlebih generasi muda muslim sebagai mayoritas. Bila selama ini
banyak pihak yang selalu mengumandangkan sesuatu atas nama HAM, maka umat
Islam, dalam hal ini para kawula muda Islam memiliki hak yang sama untuk
dilindungi dari kecacatan spiritual dan moral dari pencitraan sesat Valentine
Day sebagai hari cinta dan kasih sayang.
Embrio (bibit awal) Valentine Day
Pada jaman dahulu kala alias jadul berkala,
bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang
dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara
pensucian di masa Romawi Kuno (dari tanggal 13-18 Februari). Prakteknnya, dua
hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (queen
of feverish love): Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda
mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama
secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama
setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. (O-owww...
Astaghfirullah!)
Selanjutnya, Pada 15 Februari mereka meminta
perlindungan Dewa Lupercus dari gangguan srigala. 15 Februari dikenal sebagai
hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu Dewa bernama
Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang
setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. (Haduuuh... Sensor! Dewa kok
telanjang? Bisa kena UU Pornografi nih ^^)
Setelah itu mereka minum anggur dan akan
lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma, sambil membawa potongan potongan
kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Karena menganggap
lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. (Hm… Ritual gaya bebas!)
Kepercayaan Romawi Kuno
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan
bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam
tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan
pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion,
yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. (Wah, wah,
wah... kalau tetap ngerayain, piye to, Nduk? Sampean Muslim bukan?)
Selanjutnya, ritual itu diadopsi oleh orang
Nasrani. Karena, etika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma,
penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan
mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di antara pendukungnya adalah Kaisar
Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul:
Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen,
pada 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari
Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentines Day untuk menghormati St.
Valentine yang kebetulan Meninggal pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998). (Nah, lho….? :D)
Jadi, sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual Valentine adalah ritual non-muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Jika tidak meninggalkan dan ikut-ikutan, maka ingat:
Merayakan Valentine berarti meniru-niru orang kafir
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud).
Menghadiri perayaan orang kafir bukan ciri orang beriman
“Dan orang-orang yang
tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Di antara pendapat yang ada
mengatakan bahwa, “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi bin Anas.
Mengagungkan sang pejuang cinta akan berkumpul bersamanya di hari
kiamat nanti
Anas mengatakan, “Kami
tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar
sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Anta ma”a man ahbabta (Engkau
akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun
mengatakan, Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku
pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (H.R.
Bukhari)
Hmmm... berarti jika kita
merayakan Valentine Day, kita telah dianggap mencintai St. Valentine, seorang
pendeta yang dibunuh. Waw... Naudzubillahi min dzalik
Ucapan selamat berakibat terjerumus dalam kesyirikan dan maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal
dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang
Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Oleh karena itu, disadari atau
tidak, jika kita meminta orang menjadi “to be my valentine (Jadilah
valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar,
menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada
berhala.
Mengislamkan Cinta, Kok Bisa?
Setelah kita mengetahui tentang Embrio Valentine
Day, yang ternyata imporan dari “jaman jadoel” Paganisme Romawi Kuno. Maka,
kita butuh amunisi baru biar bisa memahami bagaimana seharusnya kita memandang
cinta dalam kaca mata Islam?
Cinta dalam Islam itu netral, bisa menjadi hanif
(lurus dalam naungan Islam) bahkan menajadi liberal (bebas tanpa batas).
Tergantung orang yang membawa bekal. Jika taqwa menjadi landasan amal, maka
cinta akan merunduk terhadap Yang Maha Kekal. Tapi jika fujur (kejahatan) yang
menjadi pengawal, maka tunggu saat ajal datang memintal. Cinta memang tak
pernah berfilsafat, karena dia fitrah berdaya pikat. Orang yang terkena
sentuhanya bisa terkena sensasi hebat, logikanya tersumbat karena nuraninya
mengikat kuat. Cinta pun tak bermadzhab, dia terkadang beristinbath tanpa
sebab. Dia selalu punya lembaran-lembaran cerita tanpa berjilid kitab. Dia
bersemayam hingga hati tak mampu menjawab. Bahkan hingga membuat kedua mata
mejadi lembab. Maka jadikanlah cintamu, cinta kita semua, cinta yang
benar-benar beradab. Beradab karena diislamkan, diislamisasi hingga bersensasi
hanya karena Ilahi. Dengan begitu, kita pasti tidak akan mau mengekor kepada
suatu fenomena atau momen tertentu sebelum jelas asal-usulnya. Dan
selayaknyalah kita yang menciptakan momen itu. Bukan malah tenggelam dalam
momen tertentu. So, Islamkan cintamu,Sob! ^^
Valentine Day atau Hari Valentine merupakan sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi
dikalangan kita. Valentine Days disebut sebagian orang sebagai
hari kasih sayang, dimana pada waktu itu seseorang mencurahkan rasa kasih
sayang sepenuhnya pada orang yang dicintainya. Tanggal 14 Februari adalah
tanggal yang diyakini sebagai hari valentine tersebut. Ironisnya, remaja yang
turut merayakan hari itu justru dari kalangan remaja muslim yang ikut-ikutan.
Apakah mereka belum mengetahui tentang Valentine Day dan sejarah kebohongan
Romawi yang dianggap janggal dan penuh ragu atas peristiwa itu?.
Menurut berbagai sumber (internet dan seminar), Valentine Day (hari kasih sayang) Dalam sejarah Romawi memiliki sejarah yang rancu. Berikut beberapa versi Valentine Days dalam sejarah Romawi:
Asal Muasal Hari Valentine:
Menurut berbagai sumber (internet dan seminar), Valentine Day (hari kasih sayang) Dalam sejarah Romawi memiliki sejarah yang rancu. Berikut beberapa versi Valentine Days dalam sejarah Romawi:
Asal Muasal Hari Valentine:
Perayaan hari Valentine termasuk
salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana
penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam.
Perayaan valentin tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi
kecintaan terhadap sesembahan mereka.
Perayaan Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus (pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.
Perayaan Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus (pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.
Sejarah Valentine days I
Menurut tarikh kalender Athena kuno,
periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan
Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Tahu
gak dewa Zeus? itu bokap-nye hercules.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal hari valentine.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal hari valentine.
Sejarah Valentine days II
Menurut Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa
merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu dibawah
ini:
- pastur di Roma
- uskup Interamna (modern Terkini)
- martir di provinsi Romawi Afrika.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sejarah Valentine days III
Catatan pertama dihubungkannya hari
raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris
dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung
mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan
Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of
Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
For this was sent on Seynt
Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every
foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk
memilih pasangannya)
Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk
bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka.
Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari
koleksi naskah British Library di London. Kemungkinan besar banyak
legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa
di antaranya bercerita bahwa:
- Sore hari sebelum santo Valentinus akan mati sebagai martir (mati syahid), ia telah menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
- Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.
Sejarah Valentine days IV
Kisah St. Valentine
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.
Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.
Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.
Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.
Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Kesimpulan:
Dari Artikel yang saya sajikan diatas dapat disimpulkan bahwa "Valentine Day Dalam Sejarah Romawi Tidak Jelas Sama Sekali". Lihat saja dari waktu yang ada pada artikel diatas yang begitu tidak runtun dan sangat saling bertolak belakang. Bagaimana menurut Anda?
Dari :
http://annida-online.com/artikel-5042-valentine-day-sebuah-pembodohan-umat-atas-nama-cinta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar