Minggu, 26 Februari 2012

DI BALIK GERAKAN "INDONESIA TANPA FPI"



FRONT PEMBELA ISLAM
Siapa Dibalik Gerakan Indonesia Tanpa FPI?

Mereka yang menggalang dan melakukan gerakan : "Indonesia Tanpa FPI" adalah kelompok yang sudah kehilangan akal dan nalar.
Mereka tidak ingin ada kelompok atau golongan yang ingin melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka tidak ingin ada kelompok yang benar-benar menegakkan kebenaran di negeri ini.

Dengan berbagai dalih dan alasan yang mereka buat, terus menggiring opini dengan menggunakan media massa Salibis dan Yahudi, bahwa FPI kelompok yang selalu melakukan kekerasan.

Mereka yang menggalang gerakan : "Indonesia Tanpa FPI", tak lain, mereka ini kaum yang sudah kemasukkan ideologi dan darah Yahudi yang sangat rasis, dan ingin menghilangkan setiap kekuatan yang ingin menegakkan kebenaran dan anti kemunkaran. Termasuk gerakan yang terus menyebarkan ideologi : "pluralisme", dan ingin menghancurkan Islam, yang mereka tuduh sebagai agama yang tidak toleran.

Ajaran "pluralisme", adalah bersumber dari ajaran Iluminati, sebuah kelompok inti dari Zionisme, yang ingin menghancurkan Islam dengan cara menyusup ke agama-agama lainnya.

Mengapa mereka membuat gerakan : "Indonesia Tanpa FPI"?

Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa Korupsi"?
Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa Partai Politik"
Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa Aid"?
Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa Perlontean"?
Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa Gay"?
Mengapa mereka tidak membuat gerakan : "Indonesia Tanpa SBY", yang nyata-nyata sudah gagal memimpin, dan membuat rakyat menderita?

Mereka yang membuat gerakan : "Indonesia Tanpa FPI", sejatinya salah alamat.

Kebobrokan sudah di mana-mana. Kebobrokan dan tindakan amoral sudah menyeluruh, dan menjadi kehidupan sehari-hari. Tanpa batas. Semua kelompok dan golongan sudah melakukan kejahatan. Semua bentuk penyelewengan, kedurhakaan, kemaksiatan, dan berbagai tindak kriminal sudah sistemik. Terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tiba-tiba ada gerakan yang menginginkan agar FPI harus dibubarkan, tanpa ada kejelasan. Kejahatan apa saja yang sudah dilakukan FPI? Mereka yang menuntut pembubaran FPI, seharusnya membuktikan kejahatan yang sudah dilakukan FPI. Bukan hanya membangun opini dan pressure politik terhadap pemerintah.

Islam dan umat Islam itu menjadi korban kejahatan dan pembantaian oleh golongan Kristen dan Yahudi, tetapi mengapa ada yang menggerakkan gerakan: "Indonesia Tanpa FPI", yang menjadi tempat berhimpun sebagian umat Islam dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar, dan FPI harus dibubarkan atau dihancurkan?

Bagaimana kalau nantinya ada gerakan yang menginginkan : " Indonesia Tanpa Kristen. Indonesia Tanpa Katolik. Indonesia Tanpa Hindu. Indonesia Tanpa Kong Hu Chu"?

Karena pembubaran FPI, hanyalah sasaran antara belaka. Mereka yang menginginkan pembubaran FPI itu, hakikatnya inigin menghapus Islam dari Indonesia.

Hakikatnya mereka tidak menginginkan Islam tegak di Indonesia. Mereka tidak menginginkan ada kekuatan Islam yang menegakkan kebenaran, dan diberantasnya segala bentuk kebathilan dan kemunkaran.

Mereka kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia, dan dengan menggunakan kebebasan. Mereka menginginkan segala kebusukan dan kebobrokan yang ada dibiarkan tidak diusik. Segala bentuk kejahatan dibiarkan. Narkoba dibiarkan, sek bebas dibiarkan, kemesuman dan persundalan dibiarkan. Berapa banyak di hari Valentine Day, orang-orang yang moralnya sudah bobrok melakukan perzinahan?

FPI hanyalah menginginkan kehidupan yang baik, sebagaimana bangsa ini mayoritas menganut agama Islam. Dengan tegaknya nilai-nilai Islam di dalam kehildupan bangsa ini.

Gerakan : "Indonesia Tanpa FPI" hanyalah sebuah gerakan rasis yang menginginkan Indonesia menjadi hancur. Membiarkan segala bentuk kebobrokan berkembang biak, tanpa ada kekuatan yang mengingatkan dan menghalangi kebobrokan itu. Wallahu'alam.
DARI : http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4126692231236022691#editor/target=post;postID=8699286916066829801INDONESIA TANPA FPI

Selasa, 14 Februari 2012

SEJARAH GITAR


Gitar adalah suatu alat musik tradisional Spanyol sehingga dipercaya bahwa alat musik petik ini berasal dari spanyol. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa sejarah gitar dimulai jauh sebelum Masehi yaitu pada jaman Babilonia. Pada awalnya alat musik ini bentuknya kecil dan memiliki empat dawai yang masing – masing berpasangan.
Selama jaman Renaissance, alat musik gitar tidak populer dan tidak diminati masyarakat. Namun setelah Alonso Mudarra mulai memperkenalkan alat musik ini melalui karya-karyanya maka dengan segera orang-orang mulai tertarik untuk mendengarkan dan memainkan gitar. Dan pada saat itu gitar mulai populer dikalangan masyarakat.
Pada abad 17 atau periode Baroque dawai (string) gitar ditambahkan menjadi lima yang masing-masing berpasangan, ini memungkinkan para pemain memainkan musik yang lebih kompleks dan luas.
Pada akhir abad 17 dua perubahan penting dibuat pada alat musik ini yaitu:
1.sebelumnya tiap-tiap dawai berpasangan (ganda) maka sekarang digantikan oleh senar tunggal.
2.sebelumnya memiliki lima senar maka sekarang ditambahkan menjadi 6 senar tunggal yang dipakai hingga hari ini.
Periode klasik sekitar tahun 1750-1775 banyak melahirkan komposer-komposer gitar terkenal diantaranya Fernando Sor, Mauro Giuliani, Matteo Carcassi, D. Aguado dan Fernando Carulli. Mereka menulis musik dan sering mengadakan konser-konser gitar di berbagai tempat.
Pada saat itu alat musik gitar sangat populer dan diminati banyak orang.
Selain itu ada juga Nicolo Paganini yang selain pemain biola terkenal juga pemain gitar yang karya-karyanya masih sering didengar sampai sekarang.
Pada akhir abad 19 instrumen gitar mengalami penurunan dan banyak orang tidak mengenal alat musik ini, tapi kemudian di populerkan kembali oleh Francisco Tarrega yang adalah komposer besar gitar klasik. Banyak karya-karya musiknya menjadi sangat terkenal antara lain: Recuerdos de la Alhambra, Estudio Brillante, Capricho Arabe dan masih banyak lagi.
Ia juga banyak menulis dan menyusun suatu metode/sistem untuk pengajaran gitar dan metode pengajarannya ini menjadi standar pengajaran pada pelajaran gitar klasik sampai sekarang. Ia juga banyak mengajar dan tidak sedikit dari muridnya yang menjadi komposer besar seperti dirinya diantaranya adalah Miguel Liobet.
Di samping komposer-komposer gitar ada juga seorang desainer gitar yang berjasa dalam perkembangan alat musik ini yaitu Luthier Antonio Torres. Ia mencoba menambah ukuran gitar dan mencoba meningkatkan bunyi gitar agar lebih keras dan selaras.
gitar akustik
Ia banyak menyempurnakan bentuk gitar, dia membuat leher gitar lebih lebar dan lebih tipis dari pada bentuk gitar sebelumnya. Ia juga membuat standar dawai gitar dengan ukuran panjang 65 cm yang sampai sekarang masih di pakai. Dari hasil eksperimennya ini maka gitar yang dibuatnya ini merupakan standar gitar modern yang dipakai sampai sekarang. Selain Torres, sebelumnya juga ada seorang yang bernama stradivarius yang selain terkenal membuat biola juga mahir membuat gitar.
Pada tahun 1946 dawai/senar gitar yang sebelumnya terbuat dari Gut (tali yang terbuat dari usus binatang) digantikan dengan dawai yang terbuat dari nylon (string nylon). Dengan memakai string nylon maka suara yang dihasilkan lebih besar dan lebih bagus.
Alat musik gitar terus berkembang sampai sekarang dan sudah menjadi instrumen dunia. Jumlah para pemain, pengajar, komposer, dan pembuat gitar saat ini sangat banyak, sekolah-sekolah dan tempat kursus gitar juga mudah ditemui disetiap tempat bahkan sekarang juga terdapat majalah-majalah yang khusus membahas tentang gitar. Karena perkembangan ilmu dan teknologi begitu pesat, instrumen gitar juga terkena imbasnya dan sekarang kita telah mengenal yang namanya Gitar Listrik (Electric Guitar).
Sejarah Gitar Listrik
Sejarah gitar listrik bermula pada tahun 1930, ketika seorang yang bernama George Beauchamp mulai mencari cara untuk menambah volume gitar. Diketahui jika suatu kawat di beri gaya medan magnet maka dapat menciptakan arus listrik. Atas dasar pemikiran ini Ia meneliti dan mengadakan suatu percobaan dengan jarum Gramopon (pada dasarnya teknologi ini bisa didapati pada motor-motor listrik, generator, jarum gramopon, radio dan mic). Ia percaya bahwa jika dawai gitar digetarkan dekat medan magnet akan bisa diubah menjadi arus-arus listrik dan kemudian dikonversi kembali menjadi gelombang suara melalui speaker.
Setelah percobaan berbulan-bulan dan bekerja sama dengan Paul Barth maka terciptalah pickup pertama yang sederhana terdiri dari 6 kutub dan tiap-tiap kutub untuk masing-masing dawai. Pickup berisi kumparan yang digulung rapi. Menurut ceritanya, Ia mengambil kumparan itu dari mesin cuci dan melilitnya kembali dengan motor mesin jahit. Penemuannya ini sangat dihargai dan mendapatkan hak paten.
Dengan penemuannya ini maka langkah selanjutnya Ia mencari orang yang mau bekerja sama dan membantunya dalam soal dana. Ia menghubungi Adolph Rickenbacher temannya dulu di National String Instrument Company tempatnya bekerja. Mereka bekerja sama dan membentuk sebuah perusahaan dengan nama Instrumens Rickenbachers. Akhirnya Mereka mulai memproduksi gitar listrik pertama yang disebut “The Frying Pan” (mungkin karena badan gitarnya terbuat dari panci). Ini yang membuat perusahaan mereka tertulis dalam sejarah sebagai pabrik yang pertama membuat dan memproduksi gitar listrik.
Selanjutnya seseorang yang bernama Lloyd Loar memperkenalkan gitar listrik yang modelnya berbentuk gitar Spanyol. Ia dianggap yang pertama kali membuat dan memasarkan gitar model ini. Ia telah banyak melakukan percobaan-percobaan ini mulai awal 1920 dan pada tahun 1933 mendirikan perusahaan dengan nama Vivi-Tone yang merupakan anak perusahaan dari Gibson Company.
Perusahaan ini memproduksi gitar listrik dengan bentuk gitar spanyol tapi dalam satu tahun perusahaan ini tidak berhasil. Dari kegagalan ini, akhirnya mengilhami Gibson Company untuk mencoba melanjutkan menciptakan gitar listrik. Dari usaha-usaha yang dilakukan maka terciptalah gitar listrik ES-150 yang nantinya menjadi perintis gitar-gitar listrik selanjutnya.
Sejarah gitar listrik berlanjut pada tahun 1933 pada saat Alvino Rey yang juga bekerja pada Gibson Company mengembangkan Pickup gitar listrik yang lebih baik selain kualitas suara bentuknya juga diubah.
Di balik Kesuksesan ES-150 masih didapati banyak kekurangan, karena badan gitar yang berongga maka getaran dari badan gitar juga ditangkap pickup sehingga ikut terdengar pada amplifier. Selain itu sering terjadi feedback dan suara-suara yang tak diinginkan. Karena itu seorang gitaris jazz terkenal Les Paul memperkenalkan solusi baru untuk membuat badan gitar padat dan tak berongga.
Pada akhirnya Ia sukses membuat gitar badan padat dan menghasilkan suara yang bagus tanpa feedback atau suara-suara yang tidak dikehendaki. Selain itu Ia menambahkan pickup pada badan gitarnya menjadi dua. Pada tahun 1946 Ia membawa gitarnya ini ke Gibson tetapi ditolak dengan alasan konsumen kurang tertarik dengan gitar badan padat. Ia merasa kecewa karena usaha yang ia rintis akhirnya gagal.
Tidak lama kemudian seorang yang bernama Leo Fender percaya bahwa gitar yang dibuat oleh Les paul dengan gitar badan padatnya akan banyak diminati oleh para konsumen. Akhirnya pada tahun 1943 ia membuat gitar badan padat yang terbuat dari kayu pohon Ek dan menyewakannya kepada para musisi agar mendapat banyak dukungan. Akhirnya pada tahun 1949 Leo Fender mendapatkan kesuksesannya dengan model gitar badan padatnya dan mendapatkan penghargaan.
Melihat kesuksesan Leo Fender dengan gitar badan padatnya maka Gibson Company Akhirnya kembali melihat contoh gitar Les Paul dan mendisainnya ulang. Pada tahun 1952 diputuskan untuk memproduksi gitar badan padat dan menjadi suatu standar industri. Walaupun inspirasinya datang dari Les Paul gitar Gibson yang sekarang kita kenal dinamai menurut nama perusahaannya.
Pada tahun 1961 Ted McCarty memperkenalkan ES-335 suatu gitar semi-hollow yaitu gabungan antara gitar berongga dan gitar badan padat. Dengan cepat gitar ini menjadi populer digunakan para gitaris-gitaris jazz diantaranya adalah BB King dan Chuck Berry.
Gibson dan Fender adalah perusahaan pembuat gitar yang telah berjasa mengembangkan instrumen ini khususnya gitar listrik dengan disain-disain yang futuristik. Keduanya sudah menjadi standar gitar bagi para musisi, seperti sekarang kita mengenal Gibson SG atau Fender Stratocaster.Setelah kedua perusahaan tersebut telah berhasil mengembangkan gitar listrik, maka mulailah banyak bermunculan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi gitar listrik sampai sekarang.

SEJARAH GITAR

MBAH KHOLIL BANGKALAN-MADURA





Ulama besar yang digelar oleh para kiyai sebagai “syaikhuna” yakni guru kami, kerna kebanyakan kyai-kyai dan pengasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau. Pribadi yang dimaksudkan ialah Kiyai Kholil bin Kiyai ‘Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai ‘Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asral Karamah bin Kiyai ‘Abdullah bin Sayyid Sulaiman yang merupakan cucu kepada Sunan Gunung Jati. Kiyai Kholil dilahirkan pada hari Selasa, 11 Jamadil Akhir 1235 di Bangkalan, Madura. tentunya dari sosok seorang Ulama' besar seperti mbah Kholil mempunyai karomah/ keunggulan tersendiri diantaranya bisa menyembuhkan orang lumpuh dalam seketika, seperti dalam buku yang berjudul Tindak lampah Romo Yai Syekh Ahmad Jauhari umar menerangkan bahwa mbah Syekh Kholil Bangkalan termasuk salah satu guru Romo Yai Syekh Ahmad Jauhari umar yang mempunyai karomah luar biasa. diceritakan oleh penulis buku tersebut sebagai berikut :
   Suatu hari, ada seorang keturunan cina sakit lumpuh, padahal ia sudah di bawa ke jakarta tepatnya di betawi, namun belum juga sembuh, lalu ia mendengar bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Kemudian pergilah ia ke Madura yakni ke Syekh Kholil bin Abdul Latif untuk berobat dibawa dengan menggunakan tandu oleh 4 orang, tak ketinggalan pula anak dan istrinya ikut mengantar.
   Ditengah Perjalanan ia bertemu dengan orang Madura yang di bopong karena sakit ( kakinya kerobohan pohon ), lalu mereka sepakat pergi bersama-sama berobat ke Syekh Kholil bin Abdul Latif orang Madura berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. kira-kira jarak kurang dari 20 meter dari rumah Syekh Kholil bin Abdul Latif, muncullah Syekh Kholil bin Abdul Latif dari dalam rumahnya dengan membawa pedang seraya berkata : " mana orang itu ?!!, biar saya bacok sekalian". Melihat hal tersebut, kedua orang sakit tersebut ketakutan dan langsung lari tanpa ia sadari sedang sakit. karena Syekh Kholil bin Abdul Latif terus mencari dan membentak-bentak mereka, akhirnya tanpa sdi sadari, mereka sembuh. 
   Setelah Syekh Kholil bin Abdul Latif bangkalan wafat kedua orang tersebut sering ziarah ke makam beliau. 
Oleh karena itu beliau sangat mengharap dan mohon kepada Allah SWT agar anaknya menjadi pemimpin umat serta mendambakan anaknya mengikuti jejak Sunan Gunung Jati.
Setelah tahun 1850 Kiai Kholil muda berguru kepada Kiai Muhammad Nur di Pesantren Langitan Tuban, kemudian untuk menambah ilmu dan pengalaman beliau nyantri di Pesantren Cangaan Bangil, Pasuruan. Dari sini pindah lagi ke Pesantren Keboncandi Pasuruan. Selama di Keboncandi beliau juga berguru kepada Kiai Nur Hasan di Sidogiri, Pasuruan. Selama di Keboncandi, beliau mencukupi kebutuhan hidup dan belajarnya sendiri dengan menjadi buruh batik, agar tidak merepotkan orang tuanya, meskipun ayahnya cukup mampu membiayainya.
Kemandirian Kiai Kholil nampak ketika beliau berkeinginan belajar ke Makkah, beliau tidak menyatakan niatnya kepada orang tuanya apalagi minta biaya, tetapi beliau memutuskan belajar di sebuah pesantren di Banyuwangi. Selama nyantri di Banyuwangi ini belaiau juga menjadi buruh pemetik kelapa pada gurunya, dengan diberi upah 2,5 sen setiap pohon, upah ini selalu ditabung.
Tahun 1859 ketika berusia 24 tahun Kiai Kholil memutuskan untuk berangkat ke Makkah dengan biaya tabungannya, tetapi sebelum berangkat oleh orang tuanya Kiai Kholil dinikahkan dengan Nyai Asyik. Di Makkah beliau belajar pada syekh dari berbagai madzhab di Masjidil Haram, tetapi beliau lebih banyak mengaji kepada syekh yang bermadzhab Syafi'i.
Sepulang dari Tanah Suci, Kiai Kholil dikenal sebagai ahli fiqih dan thoriqot yang hebat, bahkan ia dapat memadukan kedua ilmu itu dengan serasi dan beliau juga hafidz (hafal Al-Quran 30 juz). Kiai Kholil kemudian mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan.
Setelah puterinya yang bernama Siti Khotimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri Kiai Muntaha, pesantren di Desa Cengkebuan itu diserahkan kepada menantunya. Sedangkan Kiai Kholil sendiri mendirikan pesantren di Desa Kademangan, hampir di pusat kota sekitar 200 m sebelah barat alun-alun Kota Bangkalan. Di pesantren yang baru ini beliau cepat memperoleh santri. Santri yang pertama dari Jawa tercatat nama Hasyim Asy’ari dari Jombang.
Pada tahun 1924 di Surabaya ada sebuah kelompok diskusi yang bernama Tashwirul Afkar yang didirikan oleh seorang kiai muda Abduk Wahab Hasbullah. Dalam perkembangannya, ketika Kiai Wahab Hasbullah beserta Kiai Hasyim Asy’ari bermaksud mendirikan jam’iyah, Kiai Kholil memberikan restu dengan cara memberikan tongkat dan tasbih melalui Kiai As’ad kepada Kiai Hasyim Asy’ari.
Pada tanggal 29 Romadlon 1343 H dalam usia 91 tahun, karena usia lanjut belaiu wafat. Hampir semua pesantren di Indonesia yang ada sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren Kiai Kholil.
Dari :
http://biografiulama.blogspot.com/2009/09/biografi-syekh-kholil-bangkalan.html

Senin, 13 Februari 2012

PEMBODOHAN VALENTINE, SELAMATKAN UMAT!!!



FAKTA VALENTINE




Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S.AL-ISRO :36) 

Valentine Day, begitulah kita menyebutnya. Sebuah hari yang dicitrakan sebagai hari kasih-sayang oleh orang-orang yang berkepentingan. Valentine memang sudah menjadi fenomena tersendiri di kalangan muda-mudi kita di Nusantara. Tak hanya kaum muda Nasrani, bahkan sebagian kaum muda muslim pun ikut berpesta pora merayakan hari kematian Santo Valentinus tersebut.
Di banyak negara, tak terkecuali Indonesia, Valentine mempunyai daya tarik tersendiri bagi kaula muda. Pencitraan sebagai hari kasih sayang dijadikan dalil dalam merayakan hari tersebut. Pencitraan itupun kemudian dikesankan, bahwa cinta itu erat berhubungan dengan bulan Februari, coklat, kartu selamat dan nge-date. Bahkan oleh sebagian dijadikan momen sebagai pembuktian cinta berskala serba terbuka.
Memang, banyak di antara kaula muda yang hanya melihat sebuah fenomena dengan kaca mata sederhana. Hingga mereka hanya ikut dalam arus yang ada tanpa berfikir kritis dari mana dan mengapa momen itu tercipta. Mereka hanya melihat momen yang dikesankan indah oleh orang berkepentingan. Mengapa disebut berkepentingan. Karena momen Valentine yang dicitrakan sebagai hari kasih sayang ini sarat kepentingan. Salah satunya kepentingan ekonomis. Bagi kaum kapitalis, momen valentine merupakan lumbung subur bisnis di bulan Februari. Karena mereka punya kepentingan ekonomis di dalam pencitraan itu. Maka bisa dilihat di berbagai media, Valentine dijadikan umpan bagi para kawula muda. Dimulai iklan televisi, radio, majalah, koran, spanduk dan berbagai reklame terpampang secara berkala bak serangan gerilya dalam peperangan.

Valentine; Lumbung Bisnis Kaum Kapitalis
Motif niaga atau bisnis ini menjadi alasan utama kaum kapitalis karena menguntungkan, mereka merasa perlu memanfaatkan Valentine sebagai umpan bisnis. Hingga kemudian dibuat dan dikemas menjadi menarik. Di situlah, pencitraan Valentine sebagai hari kasih sayang menjadi agenda utama kaum kapitalis dan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka dikatakan tidak bertanggung jawab karena hanya melihat keuntungan materi semata, tidak menilai dan melihat aspek lain untuk dipertimbangkan. Mereka tidak mau tau, apakah Valentine merusak akidah (kepercayaan) kawula muda Islam sebagai mayoritas di Nusantara, apakah perayaan Valentine mempunyai keuntungan terhadap kemajuan moral bangsa atau tidak. Mereka sama sekali tidak memiliki pemikiran ke arah itu, yang ada hanya bagaimana bisnis mereka bisa menguntungkan seuntung-untungnya dan orang suka dengan produk tersebut.
Selama ini, kaum muda muslim telah diperdaya dengan agenda setting kebohongan Valentine. Pencitraan terhadap publik sangat intens, sehingga publik langsung bisa percaya tanpa ada tanya. Dan ini perlu pelurusan.
Dengan melihat fenomena di atas, kita akan tersadar bahwa kita tengah berada di lapangan peperangan. Peperangan yang berlapangan pemikiran yang bersenjatakan argumen-argumen jitu dalam menyerang. Perang itu bukan perang fisik, namun perang pergulatan ideologis. fenomena Valentine termasuk agenda perang pemikiran masa kini. Banyak pihak yang apriori terhadap masalah ini, mereka menganggap Valentine merupakan fenomena sosial yang terjadi seperti fenomena-fenomena yang lain. Tidak perlu dipersoalkan. Tidak mau repot berpikir kritis. Padahal jika kita lihat aspek-aspek yang lain, maka akan kita dapati beragam macam keganjilan sebagai sebuah kebohongan yang disetting.

Valentine; Pembodohan Atas Nama Cinta
Valentine perlu dicermati serta dikritisi, seperti dari mana sebabnya Valentine bisa dinamakan kasih sayang? Toh ketika memakai pendekatan bahasa, baik secara etimologi bahkan terminologi sekalipun, kasih sayang dan Valentine tidak punya kausalitas linguistik. Lebih jauh lagi jika kita kaji lewat pendekatan historis (sejarah), kita tidak akan pernah mendapati bahwa Valentine Day yang selalu dikaitkan dengan hari kasih sayang memiliki mata rantai sejarah dengan cinta dan kasih sayang. Justru, yang ada pada tanggal 14 Februari memiliki muatan teologis praktis dengan ritualitas paganisme Romawi Kuno yang diadopsi oleh kaum Kristen, yang hendak memasuki bangsa adidaya kala itu. Berawal dari ritual perayaan Lupercalia bangsa Romawi Kuno, embrio Valentine tercipta. Akulturasi perayaan Lupercalia dilakukan Kaum Kristen sebagai wasilah agar agama mereka dapat diterima masyarakat Romawi kala itu. Dengan berbagai eksplorasi, akhirnya Kaum Nasrani mempunyai jalan agar ritual itu tetap berjalan namun dengan landasan teologis mereka. Tanggal 14 sendiri dipilih karena memiliki sejarah kelam tentang kematian Santo Valentinus, sang Pendeta yang dihukum gantung karena enggan mengakui tuhan-tuhan Bangsa Romawi. Dia tetap bersikukuh mempercayai ketuhanan Yesus. Sang Raja Romawi pun menghukumnya.

Valentine dan Kerusakan Moral Bangsa
Seperti yang telah disinggung di atas, pencitraan Valentine sebagai hari cinta dan kasih sayang memiliki dampak yang begitu serius terhadap keberlangsungan moralitas bangsa. Pasalnya, pencitraan tersebut cenderung menyalahgunakan nama cinta. Malam valentine selalu dijadikan momen hura-hura serta pesta pora. Hingga sebagai ajang pembuktian cinta serba terbuka, dalam hal ini kaula muda menjadikan momen aktivitas seksual atas nama pembuktian cinta.
Tidak sedikit remaja perempuan yang rela memberikan keperawanannya atas nama cinta. Dan ini menjadi masalah serius bagi keberlangsungan moral bangsa. Jika terus dibiarkan, maka nilai yang dianggap salah sekalipun akan dianggap biasa-biasa saja karena dibiasakan. Di sinilah peran pemerintah diuji. Sejauh mana pemerintah dapat melindungi hak-hak warga negaranya. Terlebih generasi muda muslim sebagai mayoritas. Bila selama ini banyak pihak yang selalu mengumandangkan sesuatu atas nama HAM, maka umat Islam, dalam hal ini para kawula muda Islam memiliki hak yang sama untuk dilindungi dari kecacatan spiritual dan moral dari pencitraan sesat Valentine Day sebagai hari cinta dan kasih sayang.

Embrio (bibit awal) Valentine Day

Pada jaman dahulu kala alias jadul berkala, bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (dari tanggal 13-18 Februari). Prakteknnya, dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (queen of feverish love): Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. (O-owww... Astaghfirullah!)
Selanjutnya, Pada 15 Februari mereka meminta perlindungan Dewa Lupercus dari gangguan srigala. 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu Dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. (Haduuuh... Sensor! Dewa kok telanjang? Bisa kena UU Pornografi nih ^^)
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma, sambil membawa potongan potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Karena menganggap lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. (Hm… Ritual gaya bebas!)

Kepercayaan Romawi Kuno
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. (Wah, wah, wah... kalau tetap ngerayain, piye to, Nduk? Sampean Muslim bukan?)
Selanjutnya, ritual itu diadopsi oleh orang Nasrani. Karena, etika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentines Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan Meninggal  pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998). (Nah, lho….? :D)
Jadi, sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual Valentine adalah ritual non-muslim bahkan bermula dari ritual paganisme. Jika tidak meninggalkan dan ikut-ikutan, maka ingat:
Merayakan Valentine berarti meniru-niru orang kafir
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Menghadiri perayaan orang kafir bukan ciri orang beriman
Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa, “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi bin Anas.
Mengagungkan sang pejuang cinta akan berkumpul bersamanya di hari kiamat nanti
Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Anta ma”a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan, Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (H.R. Bukhari)
Hmmm... berarti jika kita merayakan Valentine Day, kita telah dianggap mencintai St. Valentine, seorang pendeta yang dibunuh. Waw... Naudzubillahi min dzalik
Ucapan selamat berakibat terjerumus dalam kesyirikan dan maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Oleh karena itu, disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “to be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Mengislamkan Cinta, Kok Bisa?
Setelah kita mengetahui tentang Embrio Valentine Day, yang ternyata imporan dari “jaman jadoel” Paganisme Romawi Kuno. Maka, kita butuh amunisi baru biar bisa memahami bagaimana seharusnya kita memandang cinta dalam kaca mata Islam?
Cinta dalam Islam itu netral, bisa menjadi hanif (lurus dalam naungan Islam) bahkan menajadi liberal (bebas tanpa batas). Tergantung orang yang membawa bekal. Jika taqwa menjadi landasan amal, maka cinta akan merunduk terhadap Yang Maha Kekal. Tapi jika fujur (kejahatan) yang menjadi pengawal, maka tunggu saat ajal datang memintal. Cinta memang tak pernah berfilsafat, karena dia fitrah berdaya pikat. Orang yang terkena sentuhanya bisa terkena sensasi hebat, logikanya tersumbat karena nuraninya mengikat kuat. Cinta pun tak bermadzhab, dia terkadang beristinbath tanpa sebab. Dia selalu punya lembaran-lembaran cerita tanpa berjilid kitab. Dia bersemayam hingga hati tak mampu menjawab. Bahkan hingga membuat kedua mata mejadi lembab. Maka jadikanlah cintamu, cinta kita semua, cinta yang benar-benar beradab. Beradab karena diislamkan, diislamisasi hingga bersensasi hanya karena Ilahi. Dengan begitu, kita pasti tidak akan mau mengekor kepada suatu fenomena atau momen tertentu sebelum jelas asal-usulnya. Dan selayaknyalah kita yang menciptakan momen itu. Bukan malah tenggelam dalam momen tertentu. So, Islamkan cintamu,Sob! ^^










Valentine Day atau Hari Valentine merupakan sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi dikalangan kita. Valentine Days disebut sebagian orang sebagai hari kasih sayang, dimana pada waktu itu seseorang mencurahkan rasa kasih sayang sepenuhnya pada orang yang dicintainya. Tanggal 14 Februari adalah tanggal yang diyakini sebagai hari valentine tersebut. Ironisnya, remaja yang turut merayakan hari itu justru dari kalangan remaja muslim yang ikut-ikutan. Apakah mereka belum mengetahui tentang Valentine Day dan sejarah kebohongan Romawi yang dianggap janggal dan penuh ragu atas peristiwa itu?.

Menurut berbagai sumber (internet dan seminar), Valentine Day (hari kasih sayang) Dalam sejarah Romawi memiliki sejarah yang rancu. Berikut beberapa versi Valentine Days dalam sejarah Romawi:

Asal Muasal Hari Valentine:
Perayaan hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan valentin tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka.

Perayaan Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus (pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.


Sejarah Valentine days I
Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Tahu gak dewa Zeus? itu bokap-nye hercules.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal hari valentine.


Sejarah Valentine days II
Menurut Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu dibawah ini:
  • pastur di Roma
  • uskup Interamna (modern Terkini)
  • martir di provinsi Romawi Afrika.


Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.


Sejarah Valentine days III
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
For this was sent on Seynt Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya)
Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
  • Sore hari sebelum santo Valentinus akan mati sebagai martir (mati syahid), ia telah menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
  • Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.

Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.


Sejarah Valentine days IV
Kisah St. Valentine

Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.

Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.

St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul.

Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.

Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.


Kesimpulan:
Dari Artikel yang saya sajikan diatas dapat disimpulkan bahwa "Valentine Day Dalam Sejarah Romawi Tidak Jelas Sama Sekali". Lihat saja dari waktu yang ada pada artikel diatas yang begitu tidak runtun dan sangat saling bertolak belakang. Bagaimana menurut Anda?
Dari :
http://annida-online.com/artikel-5042-valentine-day-sebuah-pembodohan-umat-atas-nama-cinta.html

Sabtu, 11 Februari 2012

MU'ALIM SYAFI'I HADZAMI







Muallim Syafi’i panggilan tersebut akrab di telinga murid-murid beliau. Kedalaman ilmu serta ketawadhuan beliau memang pantas rasanya bila KH.Syafi’i Hadzami mendapat julukan Muallim Jakarta, sejak muda beliau gemar sekali menuntut ilmu dan tak pernah merasa puas terhadap ilmu yang beliau miliki, maka tak heran bila beliau menguasai beberapa fan ilmu seperti Ilmu Fiqih, ilmu Falaq, ilmu Hadist , Ilmu Tauhid dan berbagai disiplin ilmu-ilmu lainnya. Salah satu Guru beliau yang sangat beliau Hormati adalah Syech Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani seorang Ulama terkemuka dari Mekkah yang bergelar Musnidud Dunya, dan guru- guru beliau lainnya adalahKyai Husain, K.H. Abdul Fattah, Ustaz Sholihin,Habib Ali Bungur, Habib Ali alhabsyi kwitang K.H. Ya’qub Sa`idi.
Beliau Bernama Muhammad Syafi”i putra Bewati lahir pada tgl 31 jan 1931 ayahnya bernama Muhammad Saleh Raidi, gelar Hadzami diberikan oleh guru-guru dan para Ulama karena kedalaman ilmu yang beliau miliki dalam memahami serta menjelaskan masalah-masalah yang tergolong rumit untuk dipahami dan Muallim Syafi’i dengan mudah menjelaskan masalah-masalah tersebut dengan berbagai sumber referensi yang beliau miliki.
Muallim Syafi’i mengajar dibeberapa majlis ta’lim di Jakarta bahkan menurut penuturan murid beliau sebelum meninggalpun Muallim Syafi’i Hadzami masih sempat mengajar di Masjid Ni’matul Ittihad pondok pinang jakarta selatan,Majlis -majlis ta’limnya tak pernah sepi selalu dipadati oleh jamaah yang berasal dari berbagai kawasan Jabotabek bukan hanya dari kalangan umum saja yang mendatangi majlis beliau bahkan Para Ulama serta para Asaatidz turut hadir dalam menimba ilmu dari beliau.
Waktu yang begitu berharga tidak beliau sia-siakan untuk hal hal yang tidak berguna, beliau pergunakan seluruh waktunya untuk mengajar dan membimbing umat, dan salah satu bentuk ketawadhuan beliau adalah beliau selalu menganggap guru terhadap para ulama dan para Habaib walaupun kapasitas keilmuan yang beliau miliki melebihi para ulama dimasanya. Beliau tekun selalu membaca dan menelaah kitab-kitab, karya beliau yang termashur adalah Kitab Al Hujjalul Bayyinah , Kitab Sullamul’arsy fi Qiraat Warasy yang berisi tentang Kaedah Bacaan Alquran Imam Warasy,Kitab Taudhihul Adillah , 100 masalah Agama,Risalah sholat tarawih, risalah Qoblyah Jum’at.
Karisma keulamaan yang tampak dalam diri Muallim Syafi’i memancar , beliau bukan saja dikenal di indonesia tapi kedalaman ilmu beliau juga dikenal di luar negri seperti di Mekkah dan Hadromaut Tarim.Beliua juga sering mendapat kunjungan dari beberapa ulama Tarim seperti Alalamah Habib Umar bin Hafidz pengasuh pon-pes Darul Musthofa Tarim Hadromaut.
Ba’da mengajar di Masjid Ni’matul Ittihad tepatnya tanggal 07 may2006 beliau merasakan nyeri di dada dan sesak napasnya, hingga akhirnya Muallim Syafi’i dilarikan kerumah sakit RSPP pertamina namun ditengah perjalanan Alloh SWT memanggilnya untuk kembali menghadapnya, retak agama….rengat agama…dengan meninggalnya orang alim….linangan air mata mengalir dari murid-murid serta orang-orang yang mencintai beliau ,ribuan orang berdatangan kerumah beliau untuk mensholati bahkan menurut penuturan murid beliau yang mensholati jenazah Muallim Syafi’i tak putus-putus dari pagi hingga malam hari.

Nama dan Masa Kecil Mu’allim

Beliau di lahirkan dengan nama “Muhammad syafi’I bih M. Sholeh Raidi, di daerah Batu Tulis, Kebayoran, Jakarta Selatan. Beliau dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1931, atau bertepatan dengan 12 Romadhon 1349 H. Beliau mempunyai 8 orang saudara kandung, tetapi karena salah satu meninggal dunia ketika masih kecil, mu’allim hanya memiliki 7 orang saudara saja.

Pendidikan Mu’allim

Sejak masih kecil, mu’allim tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Tapi beliau tinggal bersama kakeknya yaitu, bpk. Husin, di daerah Pecenongan. Beliau, sebagai mana lazim orang betawi dahulu, memanggil kakeknya dengan sebutan jid. Dan di dalam asuhan kakeknyalah mu’allim mendapatkan didikan ilmu-ilmu agama, seperti ilmu al-qur’an beserta tajwidnya. Sehingga tak heran pada usia 9 tahun, mu’allim berhasil mengkhatamkan al-qur’an serta mengajar kawan-kawannya. Dan kakeknya pula lah, yang berhasil menanamkan kegemaran dan kecintaan mu’allim kecil terhadap ilmu agama. Sehingga beliau tumbuh, sebagai pribadi yang menggemari ilmu agama.

Memburu Ilmu, Mengejar Guru

Sebagai mana diberitahukan sebelumnya, mu’allim sejak kecil, adalah sosok yang sangat menggemari ilmu agama. Hal ini dibuktikan dengan pengembaraannya untuk menuntut ilmu. Meskipun cakupannya hanya di wilayah Jakarta saja, namun tidak berarti semuanya berlangsung biasa saja. Banyak sekali hal yang patut kita jadikan sebagai bahan renungan, mulai dari metode belajar beliau maupun startegi yang beliau lakukan dalam menuntut ilmu (untuk lebih jelas bisa dibaca di biografi beliau “Sumur yang Tak Pernah Kering”, terbitan Yayasan Al-‘Asyirotusy Syafi’iyah). Beliau juga beruntung karena mendapatkan ulama terkemuka di zamannya sebagai gurunya. Dan istimewanya, beliau pun mendapatkan tempat khusus di hati para gurunya. Berikut daftar para ulama ridhwanullaha ‘alaihim yang memberikan pendidikan kepada al-mu’allim :

* K.H. Sa’idan
* Syd Ali bin Husein al-Athas (Habib Ali Bungur)
* Syd Ali bin Abd Rohman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang)
* K.H. Mahmud Romli
* K.H. Ya’kub Sa’idi
* K.H. Muhammad Ali Hanafiyyah
* K.H. Mukhtar Muhammad
* K.H. Muhammad Sholeh Mushonnif
* K.H. Zahruddin Utsman
* Syekh Yasin bin Isa al-Fadani
* K.H. Muhamad Thoha
* Dan ulama lainnya.

Aktivitas Mengajar Mu’allim (Sumur yang Tak Pernah Kering)

Buah dari kerja keras mu’allim menuntut ilmu ke banyak ulama di Jakarta, mulai terlihat. Majlis ta’lim nya tersebar di lima wilayah ibu kota, bahkan sampai merambah ke daerah Jawa Barat. Apabila di total, aktivitas mengajar mu’allim menyebar sampai ke lebih dari 30 majlis ta’lim. Itu berarti tiap harinya mu’allim mesti mengajar di 4-5 tempat, dengan murid yang berbeda dan juga kitab yang berbeda. Subhanallah. Yang lebih hebat lagi, majlis mu’allim tidak hanya dihadiri oleh kalangan umum saja. Tidak sedikit para kyai serta asatidz yang berdatangan untuk menimba ilmu di sumur yang tak pernah kering itu. Dari sekian banyak majlisnya itu, ada satu yang melalui media radio, yang ketika itu berlangsung di Radio Cendrawasih. Pangajian udara inilah, yang nantinya membidani lahirnya karangan Mu’allim yang fenomenal, yaitu kitab “Taudhihul Adillah (1-7)”.

Buah Karya Mu’allim

Kita patut menyambut gembira kehadiran karya-karya Mu’allim yang manfaatnya telah banyak diakui oleh banyak orang, baik dari kalangan ulama maupun orang awam. Hingga kini, sudah puluhan karya yang telah dihasilkan Mu’allim. Pada umumnya karya beliau (kecuali Kitab Taudhihul Adillah) berupa risalah-risalah kecil. Berikut penulis sampaikan beberapa karya mu’allim beserta sedikit ringkasannya.



* Taudhihul Adhillah

Judul buku ini, yaitu Taudhihul Adhillah (menjelaskan dalil-dalil) , benar-benar tepat menggambarkan isi buku tersebut. Seperti diberi tahukan sebelumnya, kelahiran kitab ini bermula dari acara Tanya jawab agama yang diasuh oleh Mu’allim di Radio Cendrawasih. Menurut mu’allim kitab ini adalah kitab yang tidak perlu capaek-capek dalam membuatnya, karena kitab ini adalah “rekaman” dari Tanya jawab tersebut. Kitab ini (dari jilid I s/d VII) telah berkali-kali di cetak ulang. Peredarannya pun bukan hanya di Indonesia tetapi juga sampai merambah ke negeri Jiran dan beberapa Negara Timur Tengah.

* Risalah Qobliyah Jum’at

Risalah ini membahas tentang kesunnatan Qobliyyah Jum’at dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam risalah ini dikemukakan nash-nash Al-Qur’an, hadits, dan pendapat para fuqoha’ (ahli fiqih).

* Risalah Sholat Tarawih

Untuk memenuhi hajat kaum muslimin akan penjelasan tentang sholat tarawih, disusunlah risalah ini. Di dalamnya dijelaskan dalil-dalil dari hadits dan keterangan para ulama (termasuk imam mujtahid) yang berkaitan dengan sholat tarawih. Mulai dari pengertiannya, ikhtilaf tentang jumlah roka’atnya, cara pelaksanaannya, dll dibahas dalam kitab ini.

 Wafatnya Mu’allim

Pada pagi hari, ahad 7 Mei 2006, selepas Mu’allim mengajar di Masjid Pondok Indah, beliau mengeluh sakit pada jantungnya. Akhirnya dalam perjalanan menuju RSPP Pertamina, beliau kembali berpulang ke pangkuan Allah dengan Husnul Khotimah. Banyak para muridnya yang terkejut mendengar berita tersebut. Tak hentinya mereka datang ke kediaman Mu’allim di daerah Kebayoran, untuk mensholati dan mendo’akan kepergian beliau. Bahkan disebutkan sholat jenazah dilakukan tak putusnya mulai dari siang sampai malam hari. Sungguh ketika itu Ummat Islam, khususnya di Indonesia telah kehilangan putra terbaiknya.
KH.Syafi’i Hadzami mendapat julukan Muallim Jakarta, sejak muda beliau gemar sekali menuntut ilmu dan tak pernah merasa puas terhadap ilmu yang beliau miliki, maka tak heran bila beliau menguasai beberapa fan ilmu seperti Ilmu Fiqih, ilmu Falaq, ilmu Hadist , Ilmu Tauhid dan berbagai disiplin ilmu-ilmu lainnya. Salah satu Guru beliau yang sangat beliau Hormati adalah Syech Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani seorang Ulama terkemuka dari Mekkah yang bergelar Musnidud Dunya, dan guru- guru beliau lainnya adalahKyai Husain, K.H. Abdul Fattah, Ustaz Sholihin,Habib Ali Bungur, Habib Ali alhabsyi kwitang K.H. Ya’qub Sa`idi.
Penggambarannya untuk memburu ilmu-ilimu agama hanya terbatas di wilayah Jakarta. Ini berbeda dengan kebanyakan perjalanan intelektual ulama-ulama terkenal lainnya yang menuntut ilmu ke beberapa tempat. Syafi’i Hadzami tidak pernah menempuh pendidikan agama di pondok pesantren atau madrasah apalagi belajar di Timur Tengah. Pengajian kitab di masjid yang hingga sekarang ini masih hidup di kalangan masyarakat Betawi telah menjadi tradisi intelektual yang paling berharga bagi Syafi’i Hadzami. Dapatlah dikatakan bahwa selain tempat ibadah, masjid juga berfugsi sebagai tempat mengajarkan dan menyebarkan Islam.
Tradisi mengajar agama di masjid sebenarnya bukanlah hal yang baru. Kebiasaan ini dapat ditemukan di hampir seluruh dunia Islam, khususnya di dua masjid utama di tanah suci, Makkah dan Madinah, yang dianggap oleh umumnya muslim Asia Tenggara abad ke-17 sebagai pusat kosmik dan sumber ilmu.
Namun kemantapan hatinya, ketekunan, dan kekerasan usahanya, yang didukung dengan kesungguhan beribadah, ketinggian akhlaq, dan kederdasan otaknya, telah mengantarkan Syafi’i Hadzami meraih keberhasilan yang patut dibanggakan, setara dengan ketinggian ulama lainnya. Inilah kelebihan Syafi’i Hadzami dalam perjalanan intelektualnya yang berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya dalam jaringan intelektual abad ke-16 – 21.
Dalam buku biografinya yang ditulis oleh Ali Yahya (1999) disebutkan Syafi’i Hadzami tidak membatasi diri pada ilmu tertentu. Ia menyukai berbagai bidang keilmuwan. Di masa-masa awal, setelah mempelajari al Qur’an beserta tajwidnya dengan baik, maka ilmu yang palin ditekuninya adalah tauhid. Fiqh, dan ilma alat (nahwu, sharaf, dan balaghah). Berbagai kitab matan ia hafalkan, terutama yang berbentuk nadzam. Khusus untuk ilmu-ilmu alat, ia memberikan perhatian yang khusus. Penguasaan yang mendalam tentang ilmu alat menjadi prioritas utamanya di masa-masa awal. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa pengembangan selanjutnya dalam penguasaan berbagai cabang ilmu keislaman akan sangat tergantung kepada penguasaan ilmu alat. Setelah memiliki penguasaan yang mendalam tentang ilmu-ilmu alat barulah ia menekuni ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ushul fiqh beserta qawaidnya, mantiq, tafsir, ulumul hadis, tasawuf, falak,’arudh dan lain sebagainya.
Jaringan Pengajian
Jaringan intelektual yang didapat Syafi’i Hadzami dari guru-gurunya terbatas pada jaringan ulama Betawi, yang dikenal sebagai masyarakat religius dan mengandalkan masjid sebagai pusat intelektual. Namun demikian,  Syafi’i Hadzami memiliki jaringan intelektual ke atas (guru-gurunya), seperti KH. Mahmud Romli, (1866 M), KH Ahmad Marzuki (1876 M), yang berpuncak pada dua ulama Haramain ternama abad ke-17; Ahmad al-Qusyasyi dan Abdul Aziz al Zamzami.
Beberapa ulama yang dikunjungi Syafi’i Hadzami memberikan kemantapan ilmunya sekaligus memperdalam pengetahuannya dalam keilmuwan Islam. Syafi’i Hadzami sering diajak datuknya untuk mengaji dan membaca dzikir di tempat Kyai Abdul Fatah (1884-1947 M) yang dikenal sebagai pembawa Tarekat Idrisiyah ke Indonesia setelah mendapat ijazah dari Ahmad al-Syarif al-Sanusi di Makkah. Dari gurunya ini, ia mendapat doa khusus. Waktu itu, ia ikut berdzikir bersama kelompok Tarekat Idrisiyah yang dipimpin oleh Kyai Abdul Fattah. Dalam zikir itu, Syafi’i Hadzami  yang masih belia pernah mengalami fana’ (lupa dan hilang kesadaran diri) kerena dibimbing agar ingat kepada Allah semata. Ia tidak ingat persis bagaimana situasiya saat itu. Maka kyai pun memberinya doa khusus. Ia dipanggil secara khusus menghadap sang kyai. Kyai Abdul Fattah mendoakan Syafi’i Hadzami agar kelak menjadi orang soleh.

Syafi’i Hadzami juga berguru kepada Pa Sholihin tentang ilmu bahasa Arab, nahwu dan sharaf selama 2 tahun. Dalam mengajar, Pak Solihin tergolong keras dan disiplin, seperti kakeknya. Sebagai seorang yang telah ikut berjasa, maka untuk mengenangnya, musholla tempatnya belajar dinamakam raudlatuh al sholihin.
Setelah mengaji al Qur’an kepada guru-gurunya, Syafi’i Hadzami mengaji kepada Guru Sa’idan di Kemayoran (1948 – 1995). Pada gurunya ini, ia belajar ilmu tajwid ilmu nahwu dengan kitab pegangan mulhat al-i’rab, dan ilmu fiqh dengan kitab pegangan al Tsimar al Yani’ah yang merupakan syarah dari kitab al Riyadh al Badi’ah. Guru Saidan pula yang menyuruhnya belajar kepada kepada guru-guru yang lainnya, misalnya Guru Ya’kub, Sa’idi (Kebon Sirih), Guru Khalid (Gondangdia), dam Guru Abdul Madjid (Pekojan).
Salah satu guru utama Syafi’i Hadzami adalah Habib Ali ibn Husein al Atthas yang terkenal dengan sebutan Habib Ali Bungur. Kepadanya Syafi’i Hadzami belajar lebih kurang 18 tahun, yaitu sejak 1958 – 1976. Seperti murid-murid Habib Ali lainnya (KH. S. Muhammad ibn Ali al Habsyi, Habib Abdullah ibn Abdul Qodir Bil Faqih, KH. Abdullah Syafi’i, KH. Tohir Romli, KH. Abdurrazaq Ma’mun, Prof. KH. Abu Bakar Aceh), Syafi’i Hadzami juga datang dengan membaca kitab dihadapan Habib Ali yang sering disebut dengan sistem sorogan.  
Syafi’i Hadzami  juga rajin mengikuti pengajian umum yang diasuh oleh Habib Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang). Pada awalnya, ia diajak oleh kakeknya untuk menghadiri majlis yang bisa diadakan setiap hari Ahad. Bahkan, dari Habib Ali inilah ia mendapat kata pengantar berbahasa Arab dalam karyanya yang berjudul al Hajjat al Bayyinah.
Guru Syafi’i Hadzami yang lain adalah KH. Mahmud Ramli, seorang ulama besar Betawi. Selama 6 tahun (1950-1956), ia mempelajari kitab-kitab kuning, diantaranya Ihya Ulum ad Din, dan Bujayrimi. Selain Syafi’i Hadzami, murid-murid Guru Romli yang menjadi ulama terkemuka di Jakarta adalah KH. Abdullah Syafi’i, Thabrani Paseban, dan lain-lain.
Syafi’i Hadzami juga berguru kepada KH. Ya’kub Sa’di di Kebon Sirih. Selama 5 tahun (1950-1955) ia telah mengkhatamkan kitab-kitab mantiq dan ushuluddin, seperti kitab Idhah al Mubham, Darwis Quwaysini, dll. Sedangkan dalam ilmu Nahwu, ia belajar kepada KH. Muhammad Ali Hanafiyah seperti kitab; Kafrawi, Mulhat al i’rab dan Asymawi.
Beberapa guru Syafi’i Hadzami  lainnya adalah KH. Mukhtar Muhammad (1953-1958), KH. Muhammad Shaleh Mushannif, KH. Zahruddin Utsman, Syaikh Yasin al Fadani, dan KH. Muhammad Thoha.
Jika dilihat dari guru-gurunya ini, tampak sekali Syafi’i Hadzami  belajar kepada para ulama yang berasal dari luar Jakarta yang memiliki bobot intelektual yang luar biasa. Namun demikian, tingkat keilmuwan Syafi’i Hadzami tidak kalah dengan ulama-ulama lainnya yang hidup dalam generasi abad ke-20.

Sikap Terhadap Pembaharuan
Dalam setiap perubahan zaman, diperlukan suatu usaha baru untuk menafsirkan dan menyelaraskan agama dengan tuntutan zaman. Karena itu, pembaharuan diyakini sebagai cara untuk menyesuaikan agama agar tidak ketinggalan zaman. Inilah yang diyakini KH. M. Syafi’i Hadzami, bahwa pembaharuan sangat diperlukan oleh agama. Ini berarti ia tidak kaku dalam menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi. Ia tidak menjadikan pandangan hidupnya menjadi suatu sistem yang tertutup dan kemudian memalingkan diri dari proses modernisasi.
Dalam menyikapi pembaharuan pemahaman ajaran-ajaran agama, KH. M. Syafi’i Hadzami bersikap cukup luwes dan tidak kaku. Dalam menghadapi gagasan-gagasan baru, ia tidak mau langsungmenolak atau menyetujuinya tanpa menimbangnya terlebih dahulu dengan pedoman syari’at. Jadi, pembaharuan dalam memahami agama bukan sesuatu yang harus ditolak, asalkan tidak keluar dari relnya dan ditangani oleh orang yang memiliki persyaratan- persyaratan untuk itu. Pandangan ini didasarkan pada  teks hadis Nabi SAW bahwa setiap seratus tahun ada yang disebut mujaddid (pembaharuan).
Dalam kehidupan beragama ini ada mujaddid, yaitu orang-orang yang memperbaharui pandangan-pandangan agama. Jadi, yang di perbaharui bukan agamanya, tetapi pandangannya. Ibarat mata yang sudah tidak bisa memandang dengan jelas, bila memakai kacamata, apa yang dipandang akan menjadi lebih jelas. Padahal, objek pandangannya sama saja. Jadi, bukan objeknya yang dirubah, melainkan alat untuk memandangnya yang perlu diperbaharui. Itulah tugas seoarang mujaddid.

Karya terkenal KH. M. Syafi’i Hadzami adalah buku yang berjudul Tawdhih al Adillah, yang disusun acara tanya jawab yang diasuhnya di Radio Cenderawasih. Hingga kini, sudah terbit dalam 7 (tujuh) jilid dan telah berkali-kali dicetak ulang, yang peredarannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negeri jiran Malaysia.
1.                   
sumber : http://sachrony. wordpress. com/2008/ 02/20/khsyafii- hadzami-sumur- yang-tak- pernah-kering/
http://jamaluddinab.blogspot.com/2011/01/khm-syafii-hadzami.htmlBIOGRAFI KH.SYAFI'I HADZAMI
sumber : http://sachrony. wordpress. com/2008/ 02/20/khsyafii- hadzami-sumur- yang-tak- pernah-kering/